PEMERIKSAAN JANIN
STANDARISASI
PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN:
LatarBelakang
Pemantauan
kesejahteraan janin merupakan hal penting dalam pengawasan janin, terutama pada
saat persalinan. Dukungan teknologi sangat berperan dalam kemajuan pemantauan
janin, hal ini tampak nyata setelah era tahun 1960an. Sayangnya, data
epidemiologis menunjukkan hanya sekitar 10% kasus serebral palsi yang
disebabkan oleh gangguan intrapartum dapat dideteksi dengan pemantauan
elektronik tersebut. Angkamorbiditas dan mortalitas perinatal merupakan
indicator kualitas pelayanan obstetric disuatu tempat atau negara. Angka
mortalitas peri natal Indonesia masih jauh diatas rata-rata Negara maju, yaitu
60– 170 berbanding kurang dari 10 per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu
penyebab mortalitas perinatal yang menonjol adalah masalah hipoksia
intrauterin. Kardiotokografi (KTG) merupakan peralatan elektronik yang dapat
dipergunakan untuk mengidentifikasi janin yang mempunyai resiko mengalami
hipoksia dan kematian intrauterine atau mengalami kerusakan neurologik ,
sehingga dapat dilakukan tindakan untuk memperbaiki nasib neonatus.
Asuhan antenatal modern
memerlukan tata laksana yang efisien, efektif, andal, dan komprehensif.
Pemantauan kesejahteraan janin sudah merupakan suatu kompetensi yang harus
dimiliki oleh tenaga medis dan paramedic yang melakukan asuhan antenatal dan
asuhan persalinan. Standarisasi pemantauan sudah merupakan suatu pra syarat
yang harus dipenuhi agar evaluasi keberhasilan atau kegagalan pemantauan
kesejahteraan janin yang dikaitkan dengan luaran perinatal dapat dilaksanakan
dengan baik. Bila hal ini dapat dilakukan dengan baik, diharapkan angka
kematian ibu dan perinatal dapat diturunkan. Standarisasi memerlukan kegiatan
yang terstruktur dan berkesinambungan dengan evaluasi berkala melalui suatu
pelatihan pemantauan kesejahteraan janin.
Kegiatan
Sejak tahun 2006,
Departemen Obstetri Ginekologi RSPADGatot Soebroto telah melakukan pelatihan
Pemantauan Kesejahteraan Janin bagi Bidan, Perawat, PPDS Obstetri
Ginekologi(PPDSOBGIN) dan Spesialis ObstetriGinekologi (SpOG). Pelatihan
dilakukan selama dua hari terdiri dari teori dan bimbingan praktek: latihan
pemeriksaan dan interpretasi kartu gerak janin, kardiotokografi serta demo
peranan USG dalam pemantauan kesejahteraan janin. Sebanyak 92 orang peserta PKJ
telah mengikuti pelatihan. Berdasarkan ikwesioner yang masuk, seluruh peserta
menginginkan pelatihan ini tetap dilakukan, cukup duahari, lokasi tetap di
RSPADGatot Soebroto Ditkesad dan selalu ditingkatkan kualitas
penyelenggaraannya. Profesor Hidayat Wijayanegara,SpOG(K) menjadi pembicara
favorit karena keteladanannya sebagai guru dan kepiawaiannya dalam memberikan
materi ajar. Kendala yang masih sulit diatasi adalah ketersediaan alat
kardiotokografi (KTG) untuk masing-masing kelompok pelatihan (5orang/1alatKTG).
Konsep Dasar Pemantauan
Kesejahteraan Janin
Pemantauan
kesejahteraan janin merupakan bagian penting dalam penatalaksanaan kehamilan
dan persalinan. Teknologi yang begitu cepat berkembang memberikan banyak
harapan akan semakin baiknya kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu hamil,
melahirkan dan nifas. Kemajuan ini tidak mudah untuk diikuti oleh Negara yang
sedang berkembang seperti Indonesia, selain mahalnya harga peralatan, juga
terbatasnya sumber daya manusia yang handal dalam pengoperasionalan alat
canggih tersebut.
Indikasi Pemeriksaan
Beberapa keadaan
dibawah ini memerlukan pemantauan janin yang baik karena berkaitan dengan
meningkatnya morbiditas dan mortalitas perinatal, misalnya pertumbuhan janin
terhambat (PJT), gerakan janin berkurang, kehamilan post-term (≥42minggu), pre
eklampsia/ hipertensikronik, diabetes mellitus pra kehamilan, DM yang
memerlukan terapi insulin, ketuban pecah pada kehamilan preterm, dan solusio
plasentae. Identifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi mutlak dilakukan
karena hal ini berkaitan dengan tata laksana yang harus dilakukan. Kegagalan
mengantisipasi adanya faktor risiko, dapat berakibat fatal.
Tata cara Pemantauan
Kesejahteraan Janin
Banyak cara yang dapat
dipakai untuk melakukan pemantauan kesejahteraan janin, dari cara sederhana
hingga yang canggih. Pembahasan ini memang dibuat sederhana agar mudah
dipahami.
A. Cara sederhana
Dengan cara sederhana,
pemantauan dilakukan melalui analisa keluhan ibu (anamnesis), pemantauan gerak
harian janin dengan kartu gerak janin, pengukuran tinggi fundus uteri dalam
sentimeter, pemantauan denyut jantung janin (DJJ) dan analisa penyakit pada
ibu. Adanya keluhan dari klien (pasien) harus dicermati dan dianalisa dengan
baik karena keluhan tersebut mengungkapkan adanya sesuatu yang mungkin tidak
baik bagi kesehatan ibu dan atau janin yang dikandungnya. Sambil melakukan
anamnesis yang teliti, perhatikan juga keadaan fisik dan psikologis dari ibu
tersebut. Anamnesis yang baik, dapat menegakkan diagnosis dengan baik pula.
Misalnya gerak janin yang berkurang atau keluarnya darah pervaginam merupakan
tanda adanya abnormalitas yang harus dicari penyebabnya.
1. Pemantauan Gerak Janin
Pemantauan gerak janin
sudah lama dilakukan dan banyak tata cara yang diperkenalkan, tetap itidak ada
satu pun yang lebih superior disbanding lainnya. Gerak janin ini dipantau sejak
kehamilan 28 minggu setelah system susunan saraf pusat dan autonom berfungsi
dengan optimal. Pemantauan ini terutama dilakukan pada kehamilan resiko tinggi
terhadap terjadinya kematian janin atau asfiksia. Misalnya pada kasus
pertumbuhan janin terhambat. Ada dua cara pemantauan, yaitu cara
a. Cardiff
dan cara Sadovsky Menurut Cardiff
Pemantauan dilakukan
mulai jam 9 pagi, tidur miring kekiri atau duduk, dan menghitung berapa waktu
yang diperlukan untuk mencapai 10 gerakan janin. Bila hingga jam 9 malam tidak
tercapai 10 gerakan, maka pasien harus segera kedokter/ bidan untuk penanganan
lebih lanjut.
b. Bila
memakai metoda Sadovsky
Pasien tidur miring
kekiri, kemudian hitung gerakan janin. Harus dapat dicapai 4 gerakan janin
dalam satu jam, bila belum tercapai, waktunya ditambah satu jam lagi, bila
ternyata tetap tidak tercapai 4 gerakan, maka pasien harus segera berkonsultasi
dengan dokter/ bidan.
2. Tinggi Fundus Uteri
Tinggi fundus uteri
diukur dalam sentimeter (memakaipitameterandariplastik), dimulai dari simfisis
pubis hingga fundus uteri melalui garis tengah abdomen (umbilikus). Sebelum
dilakukan pengukuran, pasien diharuskan membuang air kecil, posisi tidur
terlentang, dan rahim diusahakan berada ditengah-tengah rongga abdomen.
3. PemantauanDenyutJantungJanin
Denyut jantung janin
(DJJ) harus selalu dinilai pada setiap kali pasien melakukan pemeriksaan hamil
(umumnya setelah kehamilan trimester pertama). Pada trimester kedua dan
selanjutnya, DJJ dapat dipantau dengan stetoskop Laenec atau Doppler DJJ
dihitung secara penuh dalam satu menit dengan memperhatikan keteraturan serta
frekuensinya. Dalam persalinan kala satu, DJJ dipantaus etiap 15 menit,
sedangkan pada kala dua dipantau setiap 5 menit. Pemantauan DJJ dilakukan pada
saat his dan diluar his. Adanya iregularitas (aritmia) atau frekuensi dasar
yang abnormal (takhikardia: 160–180 dpm atau bradikardia: 100-120 dpm), apalagi
bila gawat janin (DJJ < 100dpm atau > 180 dpm) harus segera ditindak
lanjuti untuk mencari kausanya.
4. Penyakit Ibu
Kesehatan ibu akan
mempengaruhi kesehatan janin, oleh karena itu sanga penting untuk deteksi dini
kelainan atau penyakit pada ibu agar dapat dikoreksi segera dan dapat
mengurangi risiko bagi janin. Misalnya anemia pada ibu (wanita) banyak terdapat
di Indonesia. Bila anemia ini berat atau tidak diatasi dengan baik, maka
pertumbuhan janin dapat terganggu, dan kesehatan ibu juga terganggu. Kelainan-kelainan
yang ada pada ibu memerlukan konsultasi dengan dokter. Konsultasi ini tidak
mungkin terjadi apabila Bidan pemeriksa tidak mengetahui bahwa pasien yang
ditanganinya berisiko. Pelatihan berkala atau pendidikan berkelanjutan sangat
diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi setiap tenaga
kesehatan.
B. Cara canggih
Pemantauan
kesejahteraan janin memakai alat canggih terdiri dari ultrasonografi (USG),
kardiotokografi (KTG), profilbiofisik (Manning) atau fungsi dinamik janin plasenta
(FDJP) Gulardi, analisa gas darah dan pemeriksaan penunjang canggih lainnya.
Pembahasan berikut dibatasi pada USG dan KTG.
1. Ultrasonografi
USG merupakan alat
bantu diagnostic yang semakin penting didalam pelayanan kesehatan ibu hamil,
bahkan mungkin saja suatu saat alat USG ini menjadi sepertis tetoskop bagi
dokter spesialis obstetric dan ginekologi. Salah satu fungsi penting dari alat
ini adalah menentukan usia gestasi dan pemantauan keadaan janin
(deteksidinianomali). Pemeriksaan panjang kepala-bokongjanin(CRL=
crown-rumplength) yang dilakukan pada kehamilan trimester pertama memiliki
akurasi dengan kesalahan kurang dari satu minggu dalam hal penentuan usia
gestasi. Pengukuran CRL ini juga merupakan satu-satunya parameter tunggal untuk
penentuan usia gestasi dengan kesalahan terkecil. Pengukuran diameter
biparietal (DBP) atau panjang femur memiliki kesalahan lebih dari satu
minggu. Manfaat lain dari pemeriksaan USG adalah penapisan anomaly congenital
yang dilakukan rutin pada kehamilan 10–14 minggu dan 18–22 minggu. Janin-janin
dengan kelainan bawaan, terutama system saraf pusat dan jantung akan memberikan
perubahan dalam pola gerak janin dan hasil kardiotokografi. Jangan sampai
kesalahan interpretasi kardiotokografi terjadi akibat tidak terdeteksinya cacat
bawaan pada janin.
2. Kardiotokografi
Alat kardiotokografi
(KTG) merupakan alat bantu didalam pemantauan kesejahteraan janin. Pada KTG ada
tiga bagian besar kondisi yang dipantau yaitu denyut jantung janin (DJJ),
kontraksi rahim, dan gerak janin serta korelasi diantara ketiga parameter
tersebut. Peralatan KTG tersebut harus dipelihara dengan baik, jangan sampai
kabelnya rusak akibat sering dilepas dan dipasang atau kesalahan dalam
perawatan peralatan tokometer dan kardiometer. Diperlukan seorang penanggung
jawab untuk perawatan dan pengoperasionalan KTG tersebut, juga pelatihan
didalam menginterpretasikan hasil KTG tersebut. Pada saat pemeriksaan KTG,
posisi pasien tidak boleh tidur terlentang, tetapi harus setengah duduk atau
tidur miring.
Syarat Pemeriksaan
Kardiotokografi
1. Usia kehamilan 28 minggu.
2. Ada persetujuan tindak medic dari pasien (secara lisan)
3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui
4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada computer
(pada KTG terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.
Mekanisme Pengaturan
DJJ
Denyut jantung janin
diatur oleh banyak faktor, yaitu:
1. Sistem Saraf Simpatis
Distribusi saraf
simpatis sebagian besar berada didalam miokardium. Stimulasi saraf simpatis,
misalnya dengan obat beta-adrenergik, akan meningkatkan frekuensi DJJ, menambah
kekuatan kontraksi jantung, dan meningkatkan volume curah jantung. Dalam
keadaan stress, system saraf simpatis berfungsi mempertahankan aktivitas
pemompaan darah. Inhibisi saraf simpatis, misalnya dengan obat propranolol,
akan menurunkan frekuensi DJJ dan sedikit mengurangi variabilitas DJJ.
2. Sistem saraf Parasimpatis
Sistem saraf parasimpatis
terutama terdiri dari serabut nervusvagus yang berasal dari batang otak. Sistem
saraf ini akan mengatur nodus SA, nodus VA, dan neuron yang terletak diantara
atrium dan ventrikel jantung. Stimulasi nervus vagus, misalnya dengan
asetilkolin akan menurunkan frekuensi DJJ; sedangkan inhibisi nervus vagus,
misalnya dengan atropin, akan meningkatkan frekuensi DJJ.
3. Baroreseptor
Reseptor ini letaknya
pada arkusaorta dan sinus karotid. Bila tekanan darah meningkat,
baroreseptor akan merangsang nervus vagus dan nervuss glosofaringeus pada
batang otak. Akibatnya akan terjadi penekanan aktivitas jantung berupa
penurunan frekuensi DJJ dan curah jantung.
4. Kemoreseptor
Kemoreseptor terdiri
dar dua bagian, yaitu bagian perifer yang terletak didaerah carotid dan
korpusaortik; dan bagian sentral yang terletak dibatang otak. Reseptor ini
berfungsi mengatur perubahan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah dan
cairan serebro-spinal. Bila kadar oksigen menurun dan karbondioksida meningkat,
akan terjadi reflex dari reseptor sentral berupa takikardia dan peningkatan
tekanan darah. Hal ini akan memperlancar aliran darah, meningkatkan kadar
oksigen, dan menurunkan kadar karbon dioksida. Keadaan hipoksia atau
hiperkapnia akan mempengaruhi reseptor erifer dan menimbulkan reflex
bradikardia. Interaksi kedua macam reseptor tersebut akan menyebabkan
bradikardi dan hipotensi.
5. Susunan Saraf Pusat
Aktivitas otak
meningkat sesuai dengan bertambahnya variabilitas DJJ dan gerakan janin. Pada
keadaan janin tidur, aktivitas otak menurun, dan variabilitas DJJ-pun akan
berkurang.
6. Sistem Pengaturan Hormonal
Pada keadaan stres,
misalnya hipoksia intrauterin, medulla adrenal akan mengeluarkan epinefrin dan
nor-epinefrin. Hal ini akan menyebabkan takikardia, peningkatan kekuatan
kontraksi jantung dan hipertensi.
7. Sistem kompleks proprioseptor, serabut saraf nyeri,
baroreseptor, stretchreceptors dan pusat pengaturan
(LaurenFerrara,FrankManning,2005).
Akselerasi DJJ dimulai
bila ada sinyal aferen yang berasal dari salah satu tiga sumber, yaitu
a) Priprioseptor dan ujung serabut saraf pada jaringan send
b) Serabut saraf nyeri yang terutama banyak terdapat dijaringan
kulit; dan
c) Baroreseptor diaorta askendens dan arteri karotis,dan
stretchreceptors diatrium kanan. Sinyal-sinyal tersebut diteruskan kecardio
regulatory center (CRC) kemudian ke cardiacvagus dan saraf simpatis,
selanjutnya menuju nodus sinoatrial sehingga timbullah akselerasi DJJ
Interpretasi NST1.
1. Reassuring (Reaktif): Terdapat gerakan janin sedikitnya 2
kali dalam 20 menit, disertai dengan akselerasi sedikitnya 15 dpm. Frekuensi
dasar djj diluar gerakan janin antara 120–160dpm. Variabilitas djj antara 5–25
dpm.
2. Non-reassuring (Non-reaktif): Tidak terdapat gerakan janin
dalam 20 menit, atau tidak terdapat akselerasi pada gerakan janin. Frekuensi
dasar djj abnormal (kurang dari 120 dpm, atau lebih dari 160 dpm).Variabilitas
djj kurang dari 2 dpm.
3. Meragukan: Gerakan janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit,
atau terdapat akselerasi yang kurang dari 15 dpm. Frekuensi dasar djj abnormal.
Variabilitas djj antara 2–5 dpm. Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti dengan
keadaan janin yang baik sampai 1 minggu kemudian (spesifisitas 95%-99%). Hasil
NST yang non-reaktif disertai dengan keadaan janin yang jelek (kematian
perinatal, nilai Apgar rendah, adanya deselerasi lambat intrapartum), dengan
sensitivitas sebesar 20%. Hasil NST yang meragukan harus diulang dalam waktu 24
jam. Leh karena rendahnya nilai sensitivitas NST, maka setiap hasil NST yang
non-reaktif sebaiknya di evaluasi lebih lanjut dengan contraction stress test
(CST), selama tidak ada kontraindikasi.
Interpretasi
Contraction stress test (CST)
1. Negatif: Frekuensi dasar djj normal. Variabilitas DJJ
normal. Tidak terdapat deselerasi lambat.
2. Positif: Deselerasi lambat yang persisten pada setiap
kontraksi. Deselerasi lambat yang persisten meskipun kontraksi tidak adekuat
Deselerasi variable berat yang persisten pada setiap kontraksi. Variabilitas
DJJ berkurang atau menghilang.
3. Equivokal: terdiri dari mencurigakan, tidak memuaskan, dan
hiperstimulasi
a) Equivoka lMencurigakan (suspicious) Deselerasi lambat yang
intermiten pada kontraksi yang adekuat. Deselerasi variable (derajat ringan
atau sedang). Frekuensi dasar djj abnormal.
b) EkuivokalTidakmemuaskan (unsatisfactory) Hasil perekaman
tidak baik, misalnya oleh karena ibu gemuk, atau gerakan janin yan gberlebihan.
Tidak terdapat kontraksi yang adekuat.
c) EkuivokalHiperstimulasi: Terdapat kontraksi 5 kali atau
lebih dalam 10 menit; atau lama kontraksi lebih dari 90 detik.
Sering kali disertai deselerasi
lambat atau bradikardia. Hasil CST negatif menggambarkan keadaan janin yang
masih baik sampai 1 minggu pasca pemeriksaan (spesifisitas99%). Hasil CST
positif disertai dengan nasib perinatal yang jelek pada 50% kasus. Hasil CST
yang mencurigakan harus terus diobservasi secara ketat (CST diulang setiap
30–60 menit); bila memungkinkan dilakukan pemeriksaan pH darah janin. Hasil CST
yang tidak memuaskan harus diulang dalam waktu 24 jam. Bila terdapat
hiperstimulasi, kontraksi harus segera dihilangkan (tokolisis) dan kehamilan/
persalinan diakhiri.
Tatalaksana Berdasar
Pemeriksaan Kardiotokografi
Indikasi Pemeriksaan
KTG
Kehamilan Persalinan/
OCT Reaktif on-reaktif Meragukan Negatif Positif Curiga Tidak memuaskan
Hiperstimulasi ANC Cari kausa Cari kausa Periksa ulang Ulangi Periksa ulang
dalam 24 jam dalam 2 jam 1 minggu Hasil masih TERMINASI HASIL?? Meragukan?? CST
Dokumentasi
Setiap rekaman KTG
harus dibua tdokumentasi, bisa dalam bentuk hasil cetakan printer atau direkam
dalam disket komputer. Sebaiknya kedua hal tersebut dilakukan bagi setiap
pasien. Data dalam disket disimpan oleh rumah sakit, sedangkan hasil cetakan
diberikan kepada pasien.
PemeriksaanPenunjanglainnya
:
Fetal salp
stimulation,dan fetal acoustic stimulation
Pemeriksaan tersebut
merupakan tindakan invasif yang memerlukan peralatan canggih dan tenaga
kesehatan yang terampil karena memiliki resiko pada ibu dan janin. Bukti dari
adanya kegawatan janin adalah ditemukannya kadar pH darah janin yang rendah,
dan hal ini berkaitan juga dengan rendahnya nila APGAR. Pemeriksaan penunjang
ini harus sangat selektif dalam pemilihannya, artinya harus ada indikasi medis
yang benar, dan dilakukan pada tempat yang benar pula.
TindakLanjutHasilPemantauanKesejahteraanJanin
Paramedisataupuntenagamedisharusmampudengancepatdanbenarmelakukaninterpretasidarialatbantupemantauankesejahteraanjanintersebutkemudianmemilihrencanatindakanyangterbaikbagipasiennya.Penjelasanyangmemadaiyangdibarengidengankompetensiyangbaikakanmeminimalkankesalahanpenatalaksanaan.MisalnyapadagambaranKTGdijumpaideselerasivariabel,makatindaklanjutnyaadalahmencarikausadarikelainantersebut.Tanyakanapakahgerakjaninberkurang?apakahadacairanketubanyangkeluarpervaginam?kemudianlakukanpemeriksaanUSGuntukmendeteksiadanyalilitanataukompresitalipusat.Bilapenyebabnyasudahdiketahui,barulahpenatalaksanaanyangbenardanrasionaldapatdilakukan.BagaimanabilatidakadaalatUSG?bilamenungkinkanpasiendirujukkepusatpelayananrujukanyanglebihtinggi,bilatidakmungkinmerujuk,makapergunakansegalafasilitasyangadadanberikanpenjelasanyangbaikkepadapasiendankeluarga(
informedconsent
).Jangansampaipasienberharapterlalutinggiakibatketidaktahuannyadanjugaakibatketidaksiapankitamelayaninya.Beberapaalternatifpilihanyangdapatdilakukandalammenindaklanjutihasilpemantauankesejahteraanjaninadalahmelakukanpenangananyangmemadaiditempatkerja,merujukpasienkepusatpelayananyanglebihtinggi,menambahfasilitasperalatankesehatan,meningkatkankualitasSDMmelaluipelatihankompetensi,danmemberikanpendidikankepadamasyarakatawamagarmerekadapatmemahamidenganbaikkondisipelayanankesehatanyangada.PelatihanPKJdiRSPADGatotSoebrotoDitkesaddilakukansetiapbulanFebruaridanJuliselamaduahari.MateriajarPemantauanKesejahteraanjaninterdiridari:1.Konsepdasarpemantauankesejahteraanjanin(30menit)2.Pemantauangerakjanin(30menit)3.PenerapanklinispartografWHOterbaru(30menit)4.Dasar-dasarkardiotokografi(60menit)5.Penerapankliniskardiotokografi(60menit)6.Diskusikasuskardiotokografi(45menit)7.Bimbinganpraktek(hands-on)pemeriksaankardiotokografidandemomanfaatpemeriksaanUSGdalampemantauankesejahteraanjanin8.Kompetensiperawatdalampemantauankesejahteraanjanin(30menit)9.Kompetensibidandalampemantauankesejahteraanjanin(30menit)10.Resusitasiintrauterindanneonatus(30menit)11.Aspeketikadanmedikolegalpemantauankesejahteraanjanin(30menit)12.Pembuatanlaporankardiotokografi(30menit)13.Predanpsttest(60menit)
Simpulan
Pemantauankesejahteraanjaninmemegangperananpentingdidalampengawasankehamilandanpersalinan.Pemantauaniniseharusnyasudah
dilakukansejakkehamilantrimesterpertamahinggatrimemesterketigadansaatpersalinan.MetodasederhanasepertipemantauangerakjanindanmendengarkanDJJdapatmembantumendeteksiabnormalitassecaradiniasalkandilakukandenganbenar.AlatbantudiagnostikcanggihbukanmerupakansesuatuyangharusdisediakankarenamasihbanyakhalpentinglainyangdapatdilakukanuntkmeningkatkankualitaskesehatanibudanjaninsertakualitaspelayanankesehatandiIndonesia.PemeriksaanKTGsajatidakcukupuntukmenilaikesejahteraanjanin.PenambahanpemeriksaanvolumecairanamnionmerupakanprasyaratminimalyangharusditambahkanpadapemeriksaanKTG.Pemeriksaanprofilbiofisiktelahterbuktimeningkatkanketepatanevaluasikesejahteraanjanin.Mengingatdampakjangkapanjangdarihipoksiaintrauterinterhadapjanin,makahasilpemeriksaanKTGbesertainterpretasinyadisarankanuntukdisimpanselama25tahun.Pelatihanpemantauankesejahteraanjaninyangterstandarisasiakanmeningkatkankualitaspelayananberbasispendidikandanpenelitian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar